Telah acapkali sore
tamu tak diundang bersantai
di pinggiran simpang jalanan
yang sentiasa mendepang tangan
mempersila siapa jua menempuh lalu
kiri kanan untuk bersimpang-siur.
Tamu tak diundang berdendang
berlarian berkejaran sukaria
tak peduli biji mata tersembul melingas
meneropong perilaku malah bicara
tanpa segan silu lakon drama
gadis sunti mengejar pria teruna
saling mengaduh kecil berbalas cubitan
sesekali mengilai tawa memecah hening sore
dan saling mencuba-cuba
puntung api kecil dicucuh ke bibir.
'Apalah kakak abang tu, ya ayah?
Ustazah kata bukan muhrim
tak boleh duduk pegang-pegang tangan
naik motor berdua'.
Terkesima sang ayah meladeni
ngomelan anak kecil yang menginjak usia delapan
terkatup bibir sang ayah
tak terjawab ngomelan anak cilik
yang petah bicara
memetik kata-kata bak langgam ustazah.
Kini sore kian mengengsot
melabuhkan tirai senja
tamu sore masih rancak berbicara
mengekek mengilai tawa
hanya tatkala azan Maghrib ke udara
satu-persatu menyingkir
meninggalkan pinggiran jalan
untuk dikunjungi keesokan hari.
Tapi awas, ya!
langkah kalian disoroti
penduduk taman yang prihatin
menanti dihukumi
perilaku yang mencolok mata
tak menghormati tatasusila tatabudaya
Muslim sejati.
No comments:
Post a Comment